Maluku Dan Suku Yahudi (Israel). Seorang penulis buku yaitu Rabbi Resley dalam bukunya yang berjudul "Pintu Gerbang Emas Israel Yang Tertinggal di Indonesia" mengungkapkan tentang keberadaan orang Israel di Maluku, yang dimulai dari penelitian Rabbi Resley mengenai asal-usul nenek moyang beliau, yaitu penduduk awal Pulau S’rua yang merupakan salah satu dari tiga pulau yakni Kepulauan Teon, Nila serta S’rua (TNS) dan penelitian tersebut kemudian meluas sampai dikaitkan (dihubungkan) dengan kebudayaan-kebudayaan di Maluku secara keseluruhan.
Orang Maluku Dan Suku Yahudi (Israel)
Rabbi Resley mengungkapkan bahwa umat Kristiani Maluku yang selama ini menyebut diri mereka dengan sebutan Israel tanpa rasa takut, menggunakan simbol-simbol Israel, cenderung bertingkah laku seperti orang Israel dan membela Israel mati-matian tersebut bukanlah sekedar fanatisme iman mereka semata, namun juga timbul karena dorongan dari dalam hati mereka yang disebabkan karena berdasarkan hasil penelitian Rabbi Resley, ditemukan cukup banyak persamaan.
Persamaan tersebut antara lain bahasa, adat-istiadat (kebudayaan) serta peninggalan orang Maluku yang memiliki kemiripan dengan suku bangsa Yahudi atau dengan kata lain, nenek moyang orang Maluku adalah bangsa Yahudi. Rabbi Resley mengatakan bahwa jauh sebelum bangsa Arab mengenal Maluku pada pertengahan abad 14 dan bangsa Eropa mengenal Maluku pada awal abad ke-15, telah ada bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengenal Maluku, termasuk bangsa China dan orang Israel masuk ke Maluku melalui India dan China.
Buku Pintu Gerbang Emas Israel
Pada tahun 605 SM Kerajaan Yehuda yang terdiri dari 2 suku Yahudi ditaklukkan dan diangkut ke pembuangan di daerah Media dan Persia (Irak dan Iran) yang kekuasaannya meliputi Etiopia (Afrika) sampai ke India setelah Kerajaan Israel yang terdiri dari 10 suku Yahudi telah lebih dahulu diangkut oleh bangsa Asyur sejak tahun 722 SM dan diserahkan ke berbagai bangsa di daerah kekuasaan Asyur. Saat bangsa Romawi menjajah Palestina dan Asia Tengah sejak tahun 63 SM sampai munculnya agama Kristen pada abad 1 Masehi, jalan-jalan raya dibangun sehingga memungkinkan bagi seseorang untuk mencapai seluruh bagian kerajaan tersebut dengan mudah dan orang Israel tersebar hampir di semua kota dalam wilayah kekaisaran Romawi sebagai pedagang, dimana saat itu terjadi hubungan dagang yang sangat baik antara dunia barat (Roma) dengan dunia timur (China).
Saat menjadi bagian dari kekaisaran Romawi, para pedagang Israel tiba di Maluku bersama para pedagang bangsa China sebagai mitra dagang kekaisaran Romawi saat itu dan diperkuat dengan bukti bahwa pada abad pertama Masehi rempah-rempah dari Maluku pernah dijual di Yerusalem dan pada tahun 33 Masehi, beberapa orang wanita Yahudi, yaitu Maria Magdalena dan teman-temannya membeli rempah-rempah di pasar Yerusalem untuk mengawetkan jenazah Yesus Kristus (Yesyua Hamasyiakh), sebagaimana tertulis dalam Markus 16:1. Setelah itu, para pedagang Israel datang sendiri ke Maluku setelah mengetahui jalan ke sana dari para pedagang China.
Ambon, Maluku
Dalam buku Sejarah Maluku halaman 19 ditulis bahwa kata Maluku berasal dari kata "Maloko" yang merupakan sebutan gelar bagi Kalano (kepala daerah) yang berasal dari bahasa Ibrani, dimana sebutan bagi raja dalam bahasa Ibrani adalah "Melek" atau "Melekh" dan sebutan dalam bahasa Ibrani yang lebih kuno adalah "Maliki" (EKAMK II hal. 292), sehingga dalam Tambo Dinasti Tang di China tahun 618-906, Maluku tercatat sebagai "Miliku", yaitu suatu daerah yang dipakai sebagai patokan penentuan arah ke kerajaan "Holing" (Kalingga) yang ada di sebelah barat.
Kata lain yang mirip dengan "Maloko" adalah "Molokh" yang merupakan ilah yang disembah bani Amon, dimana dalam bahasa Ibrani nama tersebut disebut "Molek" dan dalam kitab suci Perjanjian Lama, "Molek" umumnya memiliki kata sandang, sebagaimana tertulis dalam Imamat 18:21; 20:2-5, 2 Raja-raja 23:10 dan Yeremia 32:35. Kata "Molokh" dalam ayat-ayat tersebut menyiratkan bahwa kata tersebut mungkin merupakan kata umum bagi orang yang memerintah (EKAMK II hal. 93) dan hal tersebut berarti gelar "Maloko" yang dikenakan bagi seorang Kalano tersebut berasal dari budaya serta bahasa Ibrani dan kata "Molekh" atau "Moloch" dalam bahasa Ibrani berarti raja. "Maloko" kemudian disebut "Maluku" atau "Molokhus" dan arti kepulauan Maluku sebenarnya ialah kepulauan raja-raja.
Rabbi Resley selanjutnya juga mengungkapkan bahwa kata "Alifuru" yang merupakan sebutan bagi orang yang pertama kali mendiami Maluku bukan berasal dari bahasa Arab (Alif), sebab jauh sebelum budaya Arab dan agama Islam masuk ke Maluku pada pertengahan abad 14, sudah ada bangsa yang mendiami kepulauan Maluku yang tersebar dari Nusa Ina dan Halmahera yang disebut oleh Antropolog AH Keane, FJP Sachese dan OD Tauren dengan sebutan suku bangsa "Alfuros". Kata "Alfuros" tersebut sangatlah tidak mungkin diambil dari kata "Alifuru", meski kata tersebut mengacu kepada pengertian manusia mula-mula, karena bila kata "Alifuru" tersebut dikaitkan dengan kata "Maloko", "Baeleu" dan "Seniri" serta budaya kepala suku, yaitu "Alluf", sangatlah tidak cocok.
Kata "Alif" muncul setelah masuknya bangsa Arab ke Maluku, namun kata "Alfuros" mengacu kepada nama suku bangsa yang telah ditemukan oleh para ahli, yaitu "ALUNE" yang ada, baik di Nusa Ina (Seram) dan Halmahera yang memiliki budaya atau sistem pemerintahan "ALLUF", dimana kepemimpinan berada di tangan kepala kaum atau kepala suku dan budaya tersebut pada awalnya diterapkan oleh bangsa Edom yang merupakan keturunan Esau, saudara Yakub (Israel) dan anak Ishak dan di Maluku disebut mata rumah (kepala kaum), kepala Soa dan kepala suku.
Karpan, Maluku
Kata "Alluf" dalam bahasa Ibrani berarti :
- Panglima atau pemimpin (Kamus Singkat Ibrani-Indonesia hal. 11)
- Kepala-kepala kaum di Edom yang di kemudian hari disebut raja, sebagaimana tertulis dalam Kejadian 36:19, 31.
Pada bagian akhir dari buku "Pintu Gerbang Emas Israel Yang Tertinggal di Indonesia", Rabbi Resley juga mengungkapkan bahwa mayoritas orang Maluku merupakan keturunan dari suku Gad, yaitu suku Israel yang telah disangka hilang serta tidak dapat ditemukan lagi dan suku Gad juga merupakan satu-satunya suku yang tidak memiliki perwakilan di Israel saat ini.
Terbukanya pintu gerbang emas (golden gate) serta terpenuhinya nubuat kedatangan Yesus Kristus (Yesyua Hamasyiakh) yang kedua kali untuk memerintah dunia dari Yerusalem hanya dapat terpenuhi jika kedua belas suku telah berkumpul di tanah Sion (Israel), termasuk suku Gad, yang diistilahkan Rabbi Resley dengan sebutan Yahudi Alfuros yang menyebar ke bagian barat, menyinggahi pulau Rote dan menetap di Rote bagian timur (di suatu daerah yang dinamai Beluba) dan di bagian barat daya. (Tulisan Ini Merupakan Kutipan Dari Rudy Haryanto, Indonesia Hebat).
REFERENSI
- http://www.indonesiahebat.asia/2015/06/maluku-dan-suku-yahudi-yang-terhilang.html
0 Comments
Tulislah komentar yang sopan serta tidak melanggar SARA (Suku, Agama, Ras & Antar Golongan) !