Bertutur, Sebagai Salah Satu Bentuk Kebudayaan. Bertutur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang hidup dan mendarah daging di Negeri Tihulale. Bertutur secara umum adalah serangkaian cara untuk menyampaikan pesan secara lisan dari satu orang ke orang lainnya. Sedangkan Bertutur sebagai budaya adalah cara untuk menyampaikan dari suatu generasi ke generasi berikutnya atau dari orang yang biasanya lebih tua umurnya dan lebih tahu, paham atau menguasai materi serta konsep yang akan dituturkan.
Bertutur dapat dilakukan dimana saja tanpa mengenal waktu ataupun tempat. Bentuk kebudayaan ini adalah bentuk kebudayaan yang telah hidup sejak zaman dahulu dimana saat manusia belum mengenal tulisan, mereka berkomunikasi kepada bagian dari anggota keluarga mereka menggunakan dialek-dialek mereka yang merujuk kepada suatu hal yang nantinya akan menjadi kebiasaan untuk diwariskan secara terus menerus ke generasi berikutnya. Bertutur dapat juga dimaknai menceritakan kepada anak cucu mengenai segala sesuatu dan umumnya kegiatan bertutur ini lebih banyak mengarah ke pembicaraan mengenai sejarah dan asal muasal, misalnya mengenai sejarah terbentuknya negeri, asal muasal terbentuknya pela dan sebagainya.
Tanpa bertutur tidak akan mungkin generasi di zaman sekarang mengetahui segala sesuatu yang terjadi dahulu. Biasanya bertutur merupakan kebiasaan dan dapat ditemukan dimanapun di wilayah maluku. Tanpa adanya budaya bertutur ini kehidupan generasi berikutnya menjadi kurang mengetahui atau bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi. Sifat alamiah manusia yang selalu ingin tahu merupakan salah satu faktor yang mendorong hidupnya Budaya bertutur. Rasa keingintahuan manusia mengenai terjadinya suatu hal menjadikan budaya bertutur tidak akan pernah putus. Sebagai contoh masyarakat yang melakukan adat istiadat dan tradisi-tradisi lainnya di masa lampau dapat diteruskan dan dilakukan hingga kini merupakan bentuk postifi dari berutur sehingga generasi penerus dapat memahami dan mampu mengikuti apa yang telah dituturkan.
Adapun bertutur juga dapat menimbulkan dampak negatif jika dilakukan dengan salah karena akan merusak paradigma generasi penerus, seperti halnya menceritakan sesuatu yang sebenarnya hoax atau bentuk khayalan sehingga menimbulkan perdebatan dan bahkan mengarah pada masalah serius. Oleh karena itu tak heran jika dapat kita temukan adanya sejarah yang memiliki dua versi yang sangat berbeda. Yang mana kesemuanya itu merupakan dampak negatif dari penyalahgunaan budaya bertutur yang umumnya timbul karena adanya arogansi maupun faktor lainnya.
0 Comments
Tulislah komentar yang sopan serta tidak melanggar SARA (Suku, Agama, Ras & Antar Golongan) !